Selasa, 30 Juni 2015

farmakologi dan toksikologi III





FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI III
(KONTRASEPSI HORMONAL)




OLEH :
AINUN SAFITRI HARLI
70100112045
                                           

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR




KATA PENGANTAR
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْـــــم
Alhamdulillah, Kami panjatkan Puja dan Puji Syukur kita atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kami, sehingga dapat  menyelesaikan pembuatan makalah Farmakologi dan Toksikologi III ini dengan pembahasan mengenai“ Kontrasepsi Hormonal
Penulisan makalah ini dimaksudkan dan merupakan salah satu tugas dan sangat penting bagi tiap mahasiswa khususnya untuk Farmasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar itu sendiri.
Dalam Penulisan makalah ini, kami selaku penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Makassar, 29 September 2014

Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup besar, sehingga perlu dilakukan program pembatasan angka kelahiran. Program pembatasan angka kelahiran di Indonesia dikenal dengan program keluarga berencana yang disingkat dengan KB. Pembatasan kelahiran tersebut bertujuan tidak hanya untuk membatasi angka kelahiran tetapi juga mengurangi angka mortalitas  ibu dan anak, terutama ibu dengan usia tua, yang ketika hamil, angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi dan juga kemungkinan anak yang dilahirkan menderita gangguan kromosomal seperti sindrom Down dan sebagainya cukup tinggi.

Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Namun sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena idealnya suatu kontrasepsi dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal.

Sejak diberlakukannya program KB di Indonesia dan sejak berkembangnya kontrasepsi di Indonesia, penggunaan kontrasepsi masih dalam taraf  belum cukup memuaskan, sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang enggan untuk menggunakan kontrasepsi dengan alasan takut akan efek samping yang merugikan bahkan lebih memprihatinkan adalah bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu apa itu kontrasepsi, terutama masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil dan yang tidak berpendidikan. Padahal sampai saat ini kontrasepsi di Indonesia telah mengalami evolusi yang cukup signifikan dalam hal daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat dan efek samping minimal.

Dengan mengenal seluk beluk alat kontrasepsi, mulai dari apa itu kontrasepsi hingga efek samping yang ditimbulkan diharapkan kedepannya kontrasepsi dapat dengan mudah diterima dan dijangkau oleh masyarakat Indonesia terutama masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil. Untuk itu perlunya digalakkan edukasi yang optimal mengenai kontrasepsi. Oleh karena itu, adalah sebuah langkah yang baik jika pemahaman tentang kontrasepsi lebih ditingkatkan lagi khususnya bagi tenaga kesehatan.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang artinya mencegah atau melawan. Dan “Sepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang sudah matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah  menghindari atau mencegah terjadinya kehamilansebagai akibat dari pertemuan antara sl telur yang matang dan sel sperma.

Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang menggunakan hormone dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Estrogen menekan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan mencegah perkembangan folikel dominant. Estrogen juga menstabilkan bagian dasar endometrium dan memperkuat kerja progestin. Progestin menekan peningkatan Luteinizing Hormone (LH) sehingga mencegah ovulasi. Progestin juga menyebabkan penebalan mukus leher rahim sehingga mempersulit perjalanan sperma dan atrofi endometrium sehingga menghambat implantasi (Elin Yulinah, dkk. 2008 : 43).

Pada prinsipnya, mekanisme kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur, mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur. Ada beberapa pula mekanisme kontrasepsi preparat hormonal ini dengan penggunaan estrogen dan progestin terus menerus terjadi penghambatan sekresi GnRH dan gonadoptropin sedemikian rupa hingga tidak terjadi perkembangan folikel dan tidak terjadi ovulasi, progestin akan menyebabkan bertambah kentalnya mucus serviks sehingga penetrasi sperma terhambat, terjadi gangguan keseimbangan hormonal dan hambatan progesterone menyebabkan hambatan nidasi dan gangguan pergerakan tuba (Amir Syarif, dkk. 2007 : 467)


B.     Macam-macam Kontrasepsi Hormonal

1.      Pil kombinasi
Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progesteron sintetik. Pil diminum setiap hari selama tiga minggu diikuti dengan satu minggu tanpa pil atau plasebo. Estrogennya adalah etinil estradiol atau mestranol dalam dosis 0,05; 0,08 ; 0,1 mg pertablet. Progestinnya bervariasi.


a)   Jenis pil kombinasi
1)         Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Contoh: microgynon
                                                              i.            Komposisi :
21 tablet masing-masing mengandung 0,15 mg Levonorgestrel dan 0,03 mg Etinilestradiol serta 7 tablet plasebo.
                                                            ii.            Dosis dan Cara Pemakaian :
Satu tablet diminum tiap hari selama 28 hari berturut-turut. Kemasan berikutnya dimulai setelah tablet pada kemasan sebelumnya habis.
Tidak menggunakan kontrasepsi hormon sebelumnya (pada bulan yang lalu). Pemakaian tablet harus dimulai pada hari ke-1 dari siklus alami wanita (yaitu hari pertama menstruasi) dimulai dari bidang biru dari kemasan dan pilih tablet sesuai dengan harinya (seperti "Sen" untuk Senin). Mulai pada hari ke 2-5 diperbotehkan, akan tetapi selama siklus pertama dianjur¬kan untuk menggunakan metoda pencegahan tambahan selama 7 hari pertama minum tablet.
                                                          iii.            Pemakaian selanjutnya :
Jika kemasan pertama Microgynon telah habis, mulailah kemasan yang baru tanpa terputus pada hari berikutnya, sekali lagi pilih tablet pada bidang biru sesuai dengan hari pada saat itu.
2)         Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Contoh: Climen 28
                                                              i.            Komposisi :
Terdiri dari 16 tablet putih berisi estradiol valerate 2 mg dan 12 tablet pink berisi estradiol valerate 2 mg dan cyproterone acetate 1 mg.
                                                            ii.            Cara pemakaian :
Minumkan tablet putih satu kali sehari selama 16 hari dilanjutkan dengan tablet pink satu kali sehari hingga habis.
3)         Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Contoh: TRINORDIOL*-28

                                                              i.            Komposisi :
Tiap kemasan Trinordiol*-28 berisi 28 tablet. Tablet-tablet ini disusun dalam kemasan menurut urutan sebagai berikut: 6 tablet kuning tua dari 0,03 mg etinilestradiol dan 0,05 mg levonorgestrel, 5 tablet putih dari 0,04 mg etinilestradiol dan 0,075 mg levonorgestrel, 10 tablet kuning dari 0,03 mg etinilestradiol dan 0,125 mg levonorgestrel, 7 tablet innert merah dari 31,835 mg laktosa.
                                                            ii.            Dosis dan Cara Pemakaian :
Satu tablet sehari untuk 28 hari berturut-turut dalam urutan yang tepat  seperti diuraikan di atas. Tablet-tablet diminum terus menerus tanpa  dihentikan.  Segera setelah satu kemasan habis, mulailah dengan kemasan  yang baru dan diminum seperti diuraikan di atas. Dianjurkan tablet Trinordiol*-28 diminum setiap hari pada waktu yang sama, sebaiknya setelah makan atau pada waktu mau tidur. Bila pemakai merasa mual, sebaiknya tablet diminum dengan susu.
Siklus pertama:
Selama pemakaian siklus pertama, pasien dianjurkan meminum satu tablet setiap hari selama 28 hari berturut-turut, dimulai dari hari pertama dari siklus haid (hari kesatu datangnya haid adalah hari pertama). Perdarahan akan terjadi sebelum tablet Trinordiol*-28 terakhir diminum.
Siklus-siklus berikutnya :
Pemakai hendaknya segera mulai kemasan berikutnya walaupun perdarahan masih berlangsung. Tiap 28 hari penggunaan Trinordiol*-28 dimulai pada hari yang samaseperti pada pemakaian pertama kalinya pada bagian foil berwarna merah dan mengikuti jadwal yang sama. Meskipun terjadinya kehamilan sangat kecil bila tablet digunakan sesuai petunjuk bila perdarahan tidak terjadi setelah tablet terakhir diminum, kemungkinan hamil harus dipertimbangkan. Bila pasien tidak menuruti cara penggunaan yang tertera (lupa satu atau lebih tablet atau mulai minum tablet yang terlupa pada hari terlambat daripada seharusnya) kemungkinan hamil harus dipertimbangkan pada saat tidak terjadi haid dan dilakukan cara-cara diagnostik yang tepat sebelum pengobatan dilanjutkan. Bila pasien telah mengikuti petunjuk pengobatan dan telah minum tablet dua siklus berturut-turut tidak terjadi haid, tidak terjadinya kehamilan harus benar-benar dipastikan oleh dokter atau petugas kesehatan yang ditunjuk sebelum penggunaan tablet kontrasepsinya dilanjutkan.

b)  Cara kerja
Secara umum pil kombinasi berkerja dengan cara menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma, dan pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.

c)   Manfaat
1)   Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
2)   Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3)   Tidak mengganggu hubungan seksual.
4)   Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
5)   Dapat digunakan jangka panjang, selama perempuan masih ingin menggunakannya.
6)   Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
7)   Mudah dihentikan setiap saat.
8)   Kesuburan segera kembali setelah pengunaan pil dihentikan.
9)   Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore, akne.

d)  Keterbatasan
1)   Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya tiap hari.
2)   Mual terutama pada 3 bulan pertama.
3)   Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan pertama.
4)   Pusing dan nyeri payudara.
5)   Berat badan naik sedikit tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru memilki dampak positif.
6)   Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI).
7)   Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seksual berkurang.
8)   Dapat meningkatkan tekanan darah dan terensi cairan, sehingga risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok perlu hati-hati.

e)   Yang dapat menggunakan Pil kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi, seperti:
1)      Usia reproduksi.
2)      Telah memiliki anak ataupu yang belum.
3)      Gemuk atau kurus.
4)      Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
5)      Pasca keguguran.
6)      Anemia karena haid berlebihan.
7)      Nyeri haid hebat.
8)      Siklus haid tidak teratur.
9)      Riwayat kehamilan ektopik.
10)  Kelainan payudara jinak.
11)  DM tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf.
12)  Penyakit tiroid, radang panggual, endometriosis atau tumor ovarium jinak.
13)  Menderita TB kecuali yang sedang menggunakan rifampisin.
14)  Varises vena.

f)    Yang tidak boleh menggunakan Pil kombinasi:
1)      Hamil atau dicurigai hamil.
2)      Menyusui eksklusif.
3)      Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
4)      Penyakit hati akut.
5)      Perokok dengan usia >35 tahun.
6)      Riwayat penyakit jantung, stroke, hipertensi > 180/110 mmHg.
7)      Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau DM > 20tahun.
8)      Kanker payudara atau yang dicurigai kanker payudara.
9)      Migrain dan gejala neurologis fokal (epilepsi/ riwayat epilepsi).
10)  Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

g)   Waktu mulai menggunakan pil kombinasi
1)      Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.
2)      Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3)      Boleh menggunakan pada hari ke-8 haid, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari 8 sampai hari 14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
4)      Setelah melahirkan: 6 bulan pemberian ASI eksklusif; setelah 3 bulan dan tidak menyusui; pascakeguguran segera atau dalam waktu 7 hari).
2.      Suntikan kombinasi
a)   Jenis suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi sebulan sekali, dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi. Sangat efektif 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan.
b)   Cara kerja
Secara umum menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, atrofi endometrium, dan menghambat transportasi ovum lewat tuba.

3.      Kontrasepsi pil progestin (minipil)
a)   Jenis minipil
1)   Kemasan dengan isi 35 pil: 300 ug levonorgestrel atau 350ug noretindron.
2)   Kemasan dengan isi 28 pil: 75ug dosegestrel.
b)   Cara kerja minipil
1)   Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat).
2)   Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.
3)   Mengentalkan lendir serviks.
4)   Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi ovum terganggu.
c)   Efektivitas
Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu-dua tablet karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu dihindari karena dapat meningkatkan penetrasi sperma. Dalam menggunakan minipil sebaiknya jangan sampai ada tablet yang lupa, tablet digunakan pada jam yang sama, senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan minipil.
d)  Keuntungan
1)      Cocok untuk perempuan menyusui.
2)      Sangat efektif jika digunakan secara benar.
3)      Tidak mempengaruhi produksi ASI.
4)      Nyaman dan mudah digunakan.
5)      Kesuburan cepat kembali.
6)      Sedikit efek samping.
7)      Tidak mengandung estrogen
8)      Dapat dipakai sebagai senggama.
9)      Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid.
10)  Mencegah kanker endometrium.
11)  Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga relatif aman diberikan pada perempuan DM yang belum mengalami komplikasi.
e)   Keterbatasan
1)      Hampir 30-60% mengalami gangguan haid.
2)      Peningkatan/penurunan berat badan.
3)      Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
4)      Bila lupa satu pil saja maka kegagalan menjadi lebih besar.
5)      Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat.
6)      Efektivitasnya menjadi lebih rendah bila digunakan bersamaan dengan obat OAT (rifampisin) dan obat epilepsi (fenitoin, barbiturat).
f)    Kontraindikasi
1)      Hamil atau diduga hamil
2)      Perdarahan pervaginam yang belum tahu penyebabnya.
3)      Kanker payudara.
4)      Mioma uteri.
5)      Riwayat stroke.

4.      Kontrasepsi implan
a)   Jenis
1)      Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 3,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2)      Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 4 mm, dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-dosegestrel dan lamam kerjanya 3 tahun.
3)      Jadena dan Indoplan. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lamam kerja 3 tahun.
b)   Cara kerja
Secara umum bekerja dengan menekan ovulasi, Mengentalkan lendir serviks,  Atrofi endometrium, dan menghambat transportasi ovum lewat tuba. Efektivitas sangat efektif 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan.

C.    Perbandingan antara obat kontrasepsi oral dan contohnya

a.    Dosegestrel/Etinil estradiol
a)   Indikasi
Dosegestrel/etinil estradiol digunakan untuk mencegah kehamilan.
b)   Interaksi
Golongan azole antifungal (itraconazole), barbiturat, carbamazepine, felbarmate, griseofulvin, ritonavir, hidantoin, nevirapine, penisilin, rifampisin, topiramate, dan troglitazone menurunkan efektivitas dosegestrel/etinil estradiol. Efek samping dari obat beta bloker atenolol, selegiline, teofilin, dan troleandomisin ditingkatkan oleh dosegestrel/etinil estradiol. Efektivitas lamotrigin diturunkan oleh dosegestrel/etinil estradiol.
c)    Sediaan beredar
Gracial (Organon), Marvelon (Organon), Mercilon (Organon)
d)  Perhatian
1)      Resiko kehamilan jika terlupa minum pil, terutama awal siklus. Harus dilakukan.
2)      Pemeriksaan darah tinggi, perabaan hati, gula darah, kadar lemak.
e)   Efek samping
Mual, mastalgia, perdarahan antar haid, sakit kepala ringan, jerawat.
f)    Absorbsi
Pemberian secara oral diabsorbsi dengan cepat dan lengkap dan diubah menjadi etonogestrel. Konsentrasi plasma puncak mencapai 2 ng/ml  setelah 1,5 jam setelah minum. Bioavailabilitas 62-81%.
g)   Distribusi
Etonogestrel terikat pada albumin serum dan sex hormone binding globulin (SHBG). Hanya 2-4% dari total konsentrasi serum berada dalam bentuk steroid bebas, 40-70% berikatan dengan SHBG. Etinil estradiol sendiri menginduksi peningkatan ikatan desogestrel dengan SHBG dan menurunkan ikatan desogestrel dengan albumin. Volume distribusi desogestrel adalah 1,5l/kg.
h)   Metabolisme
Etonogestrel dimetabolisme seperti halnya metabolismesteroid lainnya. Laju klirens metabolik adalah 2 ml/menit/kg. Eliminasi Desogestrel dan metabolitnya diekskresikan melalui urindan empedu dalam perbandingan 6:4.

b.   Mestranol/noretindrone
1)   Nama generik: Mestranol/Norethindrone (MES-tra-nole/nor-eth-IN-drone)
Nama dagang: Norinyl 1 + 50 dan Ortho-Novum 1/50
2)   Indikasi
a)      Mencegah kehamilan.
b)      Mengatur siklus menstruasi
3)   Kontraindikasi
a)      Alergi
b)      Sedang hamil atau tersangka hamil.
c)      Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya.
d)     Kanker payudara, serviks ataupu uterus.
e)      Stroke, trombosis vena.
f)       Tumor hati.
4)    Interaksi Obat
a)      Acitretin, aprepitant, azole antifungal seperti ketoconazole, barbiturates seperti fenobarbital), bosentan, karbamazepine, felbamate, griseofulvin, hydantoins seperti fenitoin, modafinil, nevirapine, penicillins seperti amoxicillin, protease inhibitor seperti indinavir, rifamycins seperti rifampin, St. John's wort, tetrasiklin seperti doksisiklin, topiramate, atau troglitazone menurunkan efektivitas mestranol/norethindron.
b)      Beta bloker seperti metoprolol, cyclosporine, theophyllines, atau troleandomycin dengan mestranol/ norethindron efek sampingnya ditingkatkan.
c)      Kortikosteroid seperti prednisone, efek sampingnya seperti wajah bulan, peningkatan berat badan, retensi cairan, peningkatan tekanan darah, peningkatan gula darah, ditingkatkan oleh mestranol/ norethindron.
d)     Antikoagulan oral (warfarin) efek sampingnya yaitu perdarahan ditingkatkan oleh mestranol/noretindron.
e)      Efektivitas dari Lamotrigine diturunkan oleh mestranol/norethindron
.
c.     Depomedroksiprogesteron asetat
1)      Nama generik: Medroksiprogesteron asetat.
Nama dagang:  Depo-Provera
Merupakan kontrasepsi injeksi yang diberikan tiap 3 bulan sekali. Kontrasepsi ini kurang ideal pada pasien yang  menghendaki cepat hamil setelah menghentikan kontrasepsi ini. Dari studi didapatkan bahwa hanya 68% saja wanita yang hamil dalam 12 bulan setelah penghentian konrasepsi ini. Lamanya jangka waktu penggunaan kontrasepsi ini tidak mempengaruhi lamanya penundaan kehamilan setelah menghentikan.
2)      Indikasi
Kontrasepsi oral.
3)      Kontraindikasi  
a)      Perdarahan di vagina atau kelainan patologis yang tidak   diketahui penyebabnya,
b)      dan kehamilan.
4)      Efek Samping   
a)      Reaksi anafilaktik, tromboembolik, tromboflebitis, emboli  paru, payudara lembek.
b)      Galaktore, erosi, dan perubahan sekresi pada leher rahim, hipereksia yang tidak diketahui penyebabnya, wajah bulan, perubahan berat badan, perubahan warna kulit ditempat suntikan.
5)      Sediaan Beredar
a)      Cyclofem (Tunggal Idaman Abdi), Cyclogeston (Triyasa), Depogeston (triyasa),
b)      Deponeo (triyasa), Depo-Progestin (Harsen).

d.   Linestrenol
1)      Indikasi
Kontrasepsi Oral
2)      Kontraindikasi
Kehamilan, penyakit hati parah, ikterus, sindrom rotor, dan Dubbin Johnson, dan wanita muda dengan siklus belum teratur.
3)      Efek Samping
Mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara. Jika timbul perdarahan ringan pada bulan-bulan awal dapat dilanjutkan tapi jika parah hentikan.
4)      Perhatian
Lakukan pemeriksaan fisik teratur 3 atau 6 bulan sekali. Hentikan jika timbul gejala tromboembolik, hati-hati pada penyakit miokard, ginjal, epilepsi, atau migran.
5)      Interaksi obat
Jangan diberikan bersamaan rimfapisin, barbiturat, obat antiepilepsi tertentu.
6)      Sediaan beredar
Exluton (Organon), Lyndiol (Organon), Ovostat (Organon).

e.    Levonorgestrel
1)      Indikasi
Kontrasepsi hormonal jangka panjang 3 tahun untuk wanita
2)      Kontraindikasi
Perdarahan vagina dengan penyebab yang tidak jelas, kanker yang berkaitan dengan hormonal, perdarahan uterus dengan sebab tidak jelas, gangguan tromboemboli atautrombofleblitis.
3)      Efek Samping
Menstruasi, spotting, menorrahgi, metroragi, amenorea, sakit kepala, gugup, mual, pusing, perubahan selera makan, perubahan libido, hirsutisme, gatal-gatal, rasa nyeri pada tempat pemasangan, anemia dan tekanan darah tinggi.

f.    Etonogestrel
1)       Indikasi
Kontrasepsi jangka panjnag yang reversibel
2)      Kontraindikasi
Kehamilan, perdarahan vagina yang tidak terdiagnosis, hipersensitivitas.
3)      Perhatiaan
Keuntungan penggunaan progesteron harus ditimbang dengan kemungkinan resiko untuk setiap kasus individual dan dibahas dengan wanita calon akseptor sebelum menggunakan implamt.
4)       Sediaan beredar
Implanon (Organon)

g.   Gestoden
1)       Indikasi
Kontrasepsi oral
2)      Kontraindikasi
Tromboemboli vena dan arteri, diabetes dengan perubahan vaskular, prankreatitis atau  hipertrigleresemia, penyakit hati, gagal ginjal akut.
3)      Sediaan beredar
Gynera (Schering)

h.    Drospirenon
Memiliki efek antimineral kortikoid dengan megabit sistem RAAS dan sebagai anti antiandrogenik yang bermanfaat untuk wanita yang mengalami retensi cairan karena hormon dan wanita yang menderita akne dan seborea. Bioviabilitas sekitar 76 % dan tidak diikat oleh sex hormon maupun oleh kortikosteroid. Akan tetapi diikat oleh protein serum. Pada sebagian orang dapat menyebabkan hiperkalemia jika dikombinasi oleh sprinalaktone.
1)      Indikasi 
Kontrasepsi oral
2)      Kontraindikasi
Tromboemboli vena dan arteri, pankreatitis atau hipertrigliseridemia, penyakit hati, gagal ginjal akut, tumor hati (jinak atau ganas), keganasan alat genital atau payudara, pendarahan pervagina yang tidak terdiagnostik, kehamilan, dan hipersensitif.
3)      Sediaan Obat
Yasmin (Schering)

i.     Cyproterone Acetat
1)      Nama generik : (3'H-Cyclopropa(1,2)pregna-1,4,6-triene 3,20-dione, 6-chloro-1-beta,2-beta-dihydro-17-hydroxy-).
Nama dagang : Diane 35 (Schering)
Cyproterone acetate merupakan derivat dari 17-hydroxyprogesterone Memiliki efek antiandrogenik dengan  efek lemah terhadap progestational dan  glucocorticoid. Cyproterone acetate  dimetabolisme oleh enzim CYP3A4 menjadi bentuk aktif 15β-hydroxycyproterone acetate. Sebagian akan dihidrolisis menjadi cyproterone and acetic acid. Akan tetapi seperti halnya hormon steroid esterase lainnya, cyproterone acetate sulit untuk dihidrolisis. Sehingga banyak dalam bentuk cyproterone acetate. Hal inilah yang menyebabkan  cyproterone acetate memiliki efek antiandrogenik yang kuat.
Cyproterone acetate  mengahambat  steroidogenic enzyme 21-hydroxylase dan 3beta-hydroxysteroid dehydrogenase. Dimana kedua enzim terse but iguana untuk membentuk cortisol. Hambatan terhadap 21-hydroxylase  juga mongering produksi dari aldosterone. Efek terhadap progestational dan glucocorticoid mongering hormon gonadotropins, yang menyebabkan turunya kadar testosterone sehingga baik sebagai pengobatan antiandrogen. Selain itu  cyproterone acetate dikombinasikan dengan 5-alpha-reductase inhibitor finasteride dapat mengatasi keluahan hirsutisme. Beberapa  studi invitro juga menunjukkan bahwa  cyproterone atau cyproterone acetate dapat mengobati benign prostat hyperplasia.
2)       Indikasi
Diindikasikan untuk ca prostat, benign prostat hyperplasia, hirsustisme, terapi hormon maupun kontrasepsi oral.
3)      Kontraindikasi  
Wanita hamil, Tromboemboli vena dan arteri, pankreatitis akut, penyakit hati, gagal ginjal akut, tumor hati (jinak atau ganas), keganasan alat genital atau payudara, perdarahan pervaginam yang tidak terdiagnostik,  dan hipersensitif.
4)      Efek Samping
Merusak Hati, Hiperkalemi, Trombosis vena dalam, perubahan mood, dapat menyebabkan osteoporosis.
5)      Dosis
Untuk kontrasepsi  2mg cyproterone acetate dikombinasi dengan  35 atau 50 mcg ethinylestradiol. Diminum selama 21 hari dan diintervalkan selama  7 hari.

j.     Marvelon
Marvelon merupakan obat kontrasepsi hormonal yang merupakan kombinasi dari 2 zat aktif yaitu etinilestradiol dan desogestrel. Etinilestradiol merupahan hormon sintetik dari estrogen wanita dan desogestrel merupakan generasi ketiga hormon sintetik dari progesteron. Sediaan dalam bentuk tablet
1)      Komposisi
Merupakan kontrasepsi oral monofasik. Dua puluh satu tablet besar warna putih  mengandung 0,15 mg desogestrel dan 0,03 mg etinilestradiol. Tujuh tablet putih yang tidak mengandung zat aktif. Yang mengandung silicon dioksida, laktosaa, magnesium stearat, tepung kentang, povidone, asam stearat, alfa tokoferol.
2)      Indikasi
Kontrasepsi oral.
3)      Kontraindikasi
a)      Trombosis atau riwayat trombosis vena dalam, emboli paru, infark miokard dan angina pektoris.
b)      Terdapat faktor yang meningkatkan kejadian trombosis seperti hipertensi.
c)      Gangguan fungsi hati yang lama dan ireversibel.
d)     Tumor hati.
e)      Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.
f)       Diketahui atau dicurigai hamil.
g)      DM dengan komplikasi vaskular.
h)      Hipersensitif terhadap komponen.

k.   Etinil Estradiol
1)      Absorbsi
Pemberian secara oral diabsorbsi dengan cepat dan lengkap. Konsentrasi plasma puncak dicapai 80 pg/ml dalam 1-2 jam setelah pemberian. Biaoavailabilitas setelah mengalami konjugasi presistemik dan metabolisme pintas pertama adalah 60%.
2)      Distribusi
Etinil estradiol berikatan dengan albumin hampir 98,5% dan menginduksi peningkatan kadar SHBG serum. Volume distribusi adalah 5L/kg.
3)       Metabolisme
Etinil estradiol mengalami konjugasi presistemik oleh mukosa usus dan hati. Metabolitnya akan dikonjugasi dengan glukoronida dan sulfat. Laju klirens metabolik adalah 5 ml/menit/kg. Eliminasi Metabolitnya diekskresikan lewat urin dan empedu dengan rasio 4:6. Waktu paruh ekskresi metabolitnya adalah 1 hari.
4)      Cara pemberian
Tablet diminum setiap hari satu tablet sehari.
Jika pengguna lupa minum tablet dalam waktu kurang dari 12 jam, efektivitasnya tidak berkurang. Tablet yang terlupa harus segera diminum dan tablet yang akan diminum berikutnya, diminum sesuai dengan waktu biasanya. Jika pengguna lupa minum sampai lebih dari 12 jam maka efektivitas proteksinya berkurang. Hal ini berlaku juga untuk pil KB yang emnggunakan pil 21 tablet.

D.    Standar Operasional Prosedur Pelayanan Keluarga Berencana

Konseling dan Persetujuan Tindakan Medis merupakan prinsip utama dari pelayanan keluarga berencana.
a.        Konseling
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dalam melalukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya.konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.

b.      Persetujuan Tindakan Medik
Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, surat tindakan medis diperlukan. Misalnya pada kontrasepsi mantap, amak persetujuan harus dari pasangan suami istri. Setelah calon peserta dan pasangannya menandatangani persetujuan tindakan medik, pel;ayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medik terdapat catatan tindakan dan pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan. Catatan tersebut memuat catatan tindakan yang dilakukan yaitu metode, keberhasilan tindakan, waktu serta pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar.

E.     Potensial Bahaya pada Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Tanda-Tanda
Kemungkinan Penyebab
1.      Nyeri lambung hebat




2.      Nyeri dada hebat, sesak napas atau nafas pendek, dan batuk berdarah
3.      Sakit kepala hebat
4.      Pandangan kabur, flashing setelah kena sinar, dan kebutaan
5.      Nyeri kaki hebat (betis dan paha)
1.      Sakit pada kandung kemih,adenoma hepatic, pembekuan darah, dan pangkreatitis

2.      Pembekuan darah pada paru-paru dan infark jantung (gagal jantung)
3.      Stroke, migren, dan hipertensi
4.      Stroke hipertensi dan masalah atau problem pembuluh darah temporer
5.      Terjadi pembekuan pada hepar
(farmakologi dan terminology medis,priyanto dkk,2009:191)
A.    Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi

1.      Pengguna harus dievaluasi setelah menggunakan 3-6 bulan untuk mengetahui ESO yang tidak diinginkan jika ingin menggunakannya secara kontinyu
2.      Tekanan darah harus dipantau setiap tahun
3.      Kadar gula darah harus dipantau terutama pada pasien yang mempunyai riwayat toleransi glukosa
4.      Harus dilakukan skreningm sitotoksik setiap tahun dan dipantau problem yang mungkin berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi
5.      Wanita pengguna norplan harus dipantau siklus menstruasi pertambahan BB, inflamasi tempat inflan, acne, nyeri pada payudara, sakit kepala, dan kerontokan rambut
6.      Wanita pengguna MPA harus dipantau siklus menstruasi, dan pertambahan BB
(farmakologi dan terminology medis,priyanto dkk,2009:191)

B.     Study Kasus
1.      Seorang pasien ingin mengetahui cara untuk mencegah kehamilan namun pasien tersebut memiliki penyakit genetik atau gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak aman, maka metode yang sesuai untuk pilihan pasien tersebut adalah dengan menjalani sterilisasi melalui cara tuba, yaitu mengikat/ memotong tuba fallopi atau pasien tersebut dapat juga menggunakan metode selain sterilisasi yaitu dengan menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (spiral KB/IUD). Cara ini memiliki efektifitas 95-98% tetapi membutuhkan tindakan pemasangan yang benar/tepat dan dapat menyebabkan iritasi.

2.      Ada seorang ibu yang memutuskan untuk hamil kembali,dan bertanya alat kontrasepsi apa yang sesuai untuknya agar cepat kembali subur dan bisa hamil?
Solusinya dengan menggunakan pil Kb, karena Salah satu keuntungan dari pil KB adalah cepat mengembalikan kesuburan. Setelah berhenti mengkonsumsi pil KB, hanya membutuhkan waktu 2 minggu sebelum kembali berevolusi. Haid akan mulai sekurang-kurangnya 4-6 minggu stelah konsumsi pil KB yang terakhir.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi merupakan pencegahan kehamilan setelah hubungan seksual dengan menghambat sperma mencapai ovum matang (metode yang mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang telah dibuahi tertanam pada endometrium ( mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus tidak cocok untuk ovum yang telah dibuahi).
Dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi hubungannya dengan pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan pasien, diperlukan suatu konseling yang berarti petugas medis membantu pasien untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan dirinya dan juga dengan konseling yang baik akan membantu pasien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan program KB.
Kontrasepsi hormonal berdasarkan keadaan pasien yang memiliki usia pra menopause, dan masalah obesitas tipe II, dislipidemia, serta riwayat amenore adalah pil kombinasi, suntik kombinasi, minipil progestin dan implant levonorgestrel. Namun dari keempat opsi kontrasepsi hormonal yang dapat digunakan adalah kontrasepsi hormonal pil kombinasi yaitu kombinasi antara hormon estrogen dan progesteron sintetik yang lebih cocok dan sesuai dengan kondisi pasien.
Pemilihan alat kontrasepsi, jumlah dan dosis perlu dipertimbangkan dengan baik sesuai dengan kondisi pasien secara holistik, dengan sebelumnya dilakukan konseling secara optimal karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil yang dicapai.








DAFTAR PUSTAKA

Amir Syarif, dkk. 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi V. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.2006. Paduan Pelayanan Keluaraga Berencana. Departemen Kesehatan : Jakarta.
Depomedroksiprogesteron asetat. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/ depomedroksiprogesteron asetat  tanggal 18 Mei 2009.
Linestrenol. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/linestrenol tanggal 18 Mei 2009.
Mestranol/noretindrone. Diunduh dari www.drugs.com/cdi/mestranol-norethindrone. html tanggal 18 mei 2009.
Sukandar Elin Yulinah, dkk. 2008. ISO FARMAKOTERAPI. ISFI Penerbitan : Jakarta.
.